Dua belas surat Al-Quran yang pertama turun di Mekkah (dari Al-Alaq sampai Al–Insyiroh) justru berisi tentang pesan-pesan tauhid yang terhubung dengan semangat “Reformasi Sosial“, tidak ada yang berupa perintah ibadah “mahdoh“. (Dr. Johan Effendi).
Ternyata dalam Al-Quran, Tuhan berpesan kepada umatnya bahwa reformasi sosial seperti membaca, masalah kekayaan, keserakahan, dan ketidakpedulian sosial mempunyai perspektif teologis. Ia tidak sekadar masalah etik dan moral. Ia langsung menyangkut kebertauhidan kita. (Presentasi Eko Cahyono).
Guyub! Agama mengajarkan kita untuk merawat dan mengelola bumi secara baik sebagai ciptaan dari Sang Pencipta, Eksploitasi yang merusak alam dan menciptakaan kesengsaraan haruslah dicegah. Dari ratusan konflik sumber daya alam (SDA) yang terjadi di Indonesia, manusia sebagai khalifah dalam mengelola sumber daya alam di muka bumi justru menjadi anomali. Kita perlu ber-muhasabah.
Muhasabah berasal dari akar kata hasiba yahsabu hisab, artinya adalah ‘perhitungan yang teliti’. Dalam terminologi, muhasabah adalah upaya menghitung atau berevaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya. Baik bersifat vertikal, hubungan dengan Allah, maupun horizontal, hubungan dengan sesama manusia.
Bertempat di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, sekelompok ulama, aktivis, mahasiswa, dan juga para santri sedang ber-muhasabah. Mereka mengelaborasi diri dalam acara Halaqoh Nasional Fiqh Sumber Daya Alam (SDA), dengan tajuk “Respon Islam terhadap Tata Kelola SDA di Indonesia”. Kegiatan ini diorganisasikan oleh Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) bekerja sama dengan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, 2 April 2015.
Ini adalah usaha terus-menerus mencari skema terbaik dalam tata kelola SDA di Indonesia, yang dewasa ini semakin mengkhawatirkan karena adanya banyak konflik berbasis SDA (hutan, tambang, migas, dan air) di berbagai daerah di Indonesia. (Daulat Hijau, 3 April 2015).
Dalam konflik SDA, penting kita harus ber-muhasabah, menghitung untung rugi. Mengevaluasi dalih pembangunan. Bagaimana jika sebuah kawasan kelola rakyat disulap menjadi lahan eksploitasi tambang, dsb. Banyak untungnya, atau malah kerugian yang menimpa rakyat.
Misalnya saja dalam pengelolaan hutan, Pemerintah Indonesia telah berhasil dalam kurun waktu 25 tahun merusak 64 juta hektare hutan miliknya. Ini prestasi buruk yang lebih hebat dibanding VOC yang menghancurkan 600.000 hektare hutan alam jati di Jawa dan Madura selama 150 tahun, Romawi yang menghancurkan hutan Eropa selama 1.000 tahun, dan Babylonia yang butuh 3.000 tahun untuk merusak hutan alam di Mesopotamia. (Historia, 2013). Tak pelak kiranya, jika cara ber-muhasabah merupakan salah satu sarana yang dapat mengantarkan manusia mencapai tingkat kesempurnaan sebagai hamba Tuhan dan sebagai manusia, dalam melakukan reformasi sosial demi kebaikan antar sesama.
0 Komentar
Tinggalkan Balasan